BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berbicara
tentang kebudayaan sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Budaya
dan kepribadian bagaikan dua sisi mata uang tidak bisa dipisahkan. Dimana
budaya yang baik selalu mempengaruhi pribadi yang baik, kemudian budaya buruk
selalu mempengaruhi pribadi yang buruk juga.
Disamping itu
kadang kala lingkungan menjadi hal utama yang dapat mempengaruhi baik buruknya
budaya seseorang. Kita ambli contoh di Papua memiliki berbagai kebudayaan yang
berbeda dengan daerah lainnya, sehingga dengan sendiri kepribadian mereka juga
agak berbeda dan unik. Hal ini dapat dikatakan melihat budaya Papua yang agak
keras dan unik.
Sehingga
kepribadian yang terbentukpun agak unik dan berbeda. Contoh budaya potong jari.
Yang telah lama turun-temurun diterapkan di Papua, bahkan menjadi budaya
(kebiasaan) yang lumrah untuk dihilangkan walaupun kelihatannya agar buruk dan
tidak sesuai baik norma agama maupun norma hukum.
Contoh pengaruh
budaya terhadap kepribadian yang lainnya dapat kita petik dari kehidupan
masyarakat suku dayak di daerah pedalaman Kalimantan. Yang sebagaimana hidupnya
sangat memprihatinkan dan menggenaskan. Bagi mereka memakai anting
sebanyak-banyaknya ditelinga baik pria maupun wanita merupakan suatu hal yang
biasa, padahal hal sangat mengelikan dan menakutkan. Yang lebih parahnya lagi
hal ini telah melanggar berbagai norma-norma yang telah tertera. Tetapi mau
bagaimana lagi, inilah budaya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Apakah definisi Kebudyaan itu ?
2.
Apakah definisi Kepribadian itu ?
3.
Apa Unsur – unsure Kebudayaan ?
4.
Apa Unsur –
Unsur dari Kepribadian ?
5.
Berapakah Tipe
– Tipe dari Kebudayaan mempengaruhi Kepribadian ?
.
C.
Sasaran
Tidak ada kebudayaan yang statis, setiap kebudayaan pasti dinamis,
kebudayaan pasti berubah, gerak tersebut merupakan akibat dari gerak masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan.Selama masyarakat itu dinamis dalam
perkembangannya, maka kebudayaan itupun akan dinamis (mengalami perubahan).
Kebudayaan akan mengalami perubahan
akibat dari akulturasi masyarakatnya. Seiring dengan perubahan kebudayaan tentu berpengaruh terhadap
kepribadian, baik kepribadian individu
maupun kepribadian umum. Karena kepribadian bukan merupakan hadiah kodrati,
berkembang sejalan dengan pengalaman dan pengaruh lingkungan disekitarnya baik
pengaruh negatif maupun positif. Meski demikian, tidak semua kebudayaan itu
dapat dengan mudah diterima oleh setiap
pribadi, apalagi bila menyangkut kepercayaan,
idiologi dan falsafah hidup.Sasaran penulisan makalah ini untuk memberikan
gambaran umum kepada setiap individu tentang peran kebudayaan dalam membentuk
kepribadian, yang tanpa disadari bisa membawa pengaruh negatif dan agar
berusaha untuk mengembangkan pengaruh
positifnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebudayaan
Budaya
merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan
pola piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas
sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir
mereka, kepercayaan, dan ideology yang mereka anut.
Tentu saja pada
kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda,
terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun
kebiasaan mereka.
1.
Teori Kebudayaan
Secara umum kebudayaan banyak diartikan sebagai hasil
karya manusia yang lahir dari cipta, rasa dan karsa. Berikut ada empat teori
dan pendekatan kebudayaan, yaitu:
Ø Memandang
kebudayaan sebagai kata benda: Dalam arti lewat produk budaya kita
mendenifisikan dan mengelola kebudayaan itu. Teori produk budaya ini juga
penting karena semua hasil budaya yang ada di muka bumi merupakan produk budaya
kolektif manusia. Identitas budaya dapat dilihat dari pendekatan ini.
Ø Memandang
kebudayaan sebagai kata kerja: Pendekatan ini dikemukakan oleh Pleh Van
Peursen. Pendekatan ini juga penting untuk dipahami, karena akan mampu
menjelaskan kepada kita bagaimana proses-proses budaya itu terjadi di tengah
kehidupan kita. Produk-produk budaya yang kita pahami lewat pendekatan pertama
di atas ternyata juga menyiratkan adanya proses-proses budaya manusia yang oleh
Van Peursen disebut ada tiga terminal proses budaya. Kehidupan mistis dimana
mitos berkuasa, atau kuasa mitos mengemudikan arah kebudayaan suatu masyarakat,
dilanjutkan dengan hadirnya kehidupan ontologis dan yang terakhir adalah
kehidupan fungsional yang hari-hari ini lebih mendominasi kehidupan budaya
kita.
Ø Memandang
kebudayaan sebagai kata kerja: Pendekatan ini dikemukakan oleh Pleh Van
Peursen. Pendekatan ini juga penting untuk dipahami, karena akan mampu
menjelaskan kepada kita bagaimana proses-proses budaya itu terjadi di tengah
kehidupan kita. Produk-produk budaya yang kita pahami lewat pendekatan pertama
di atas ternyata juga menyiratkan adanya proses-proses budaya manusia yang oleh
Van Peursen disebut ada tiga terminal proses budaya. Kehidupan mistis dimana mitos
berkuasa, atau kuasa mitos mengemudikan arah kebudayaan suatu masyarakat,
dilanjutkan dengan hadirnya kehidupan ontologis dan yang terakhir adalah
kehidupan fungsional yang hari-hari ini lebih mendominasi kehidupan budaya
kita.
Ø Memandang
kabudayaan sebagai kata keadaan: Kondisi-kondisi budaya tertentu menjadi
menentukan wajah kebudayaan
2. Unsur Kebudayaan
Setiap kelompok masyarakat punya tradisi dan kebudayaan
tersendiri, yang tentu saja berbeda satu sama lainnya. Kebudayaan-kebudayaan
yang lebih sempurna dari suatu masyarakat yang nantinya akan dapat menjadi
sebuah peradaban. Namun, walaupun masing-masing mempunyai keunikan tersendiri,
budaya terdiri dari unsur-unsur dan mempunyai fungsi-fungsi tersendiri bagi
masyarakatnya. Para ahli menunjuk pada adanya 7 unsur kebudayaan yang dianggap
sebagai cultural universals, yaitu:
Ø Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,
senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya).
Ø Mata
pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, system
produksi, system distribusi dan sebagainya).
Ø Sistem
kemasyarakatan (system kekerabatan organisasi politik, system hokum, system
perkawinan).
Ø Bahasa (lisan
maupun tertulis).
Ø Kesenian (seni
rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
Ø Sistem
pengetahuan dan pendidikan.
Ø Religi (system
kepercayaan).
B. Kepribadian
Banyak para ahli yang memberikan
perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya
mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah
laku manusia sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada, bahkan
bagi semua individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola
tingkah laku yang seragam. Sebabnya
tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya
ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan juga akal dan
pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya
dan unik bagi setiap manusia.
Dengan pola tingkah laku dalam
arti yang sangat khusus yang ditentukan oleh nalurinya, dorongan-dorongan dan
refleksnya. Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.
1. Unsur – Unsur
Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
Ø Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang
diterimanya melalui panca inderanya yang
masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Ddan didalam
otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh
individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi”
yaitu; “seluruh proses akal manusia yang
sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu
penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian.
Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan
secara lebih intensif di dalam pandangan psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling
menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang
menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang
sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul
kembali sebagai kenangan.
Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi
disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu
penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis
secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk
membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak
mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang
baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang
tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau
mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu
sosial disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan
mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang
dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang
digabung dengan penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran
yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi
disebut dengan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan
unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.
Ø Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam
perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat
suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan.
Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan
negatif.
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam
kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan
dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang
positif atau negative.
Ø
Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang
tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang
sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri.
Dan kemauan yang sudah meruapakan naluri disebut “Dorongan”.
C.
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Kepribadian
Berbicara
mengenai kepribadian dan kebudayaan, tidak terlepas dari hubungan antara
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan merupakan perwujudan atau
abstraksi perilaku manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku
manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan
latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu.
Kepribadian
mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat ynag khas dimiliki
seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis,
dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian,
sebaiknya dibatasi pada bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi
kepribadian. Berikut tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk
kepribadian yakni:
Ø Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasar factor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian yang saling
berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota suatu masyarakat
tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dan dengan
kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula. Contoh adat-istiadat melamar
mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-istiadat melamar mempelai di
Lampung.
Ø Cara hidup di
kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life).
Contoh perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang
dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di
antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang
dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak
mempunyai sikap menilai (sense of value).
Ø Kebudayaan
khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial
karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu pula.
Ø Kebudayaan
khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk
kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu
agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan
umatnya.
Ø Kebudayaan
berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada
kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda dengan
kepribadian seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya diwariskan
melalui bahasa dan bermacam – macam prilaku dan dapat dimungkinkan manusia
berinteraksi dalam bahasa yang sama dan hidup di zaman yang sama. Setiap
individu baru yang muncul akan mengikuti tatanan kebudayaan yang telah ada. Dan
kepribadian sangat di tentukan oleh faktor kebudayaan yang terjadi pada
lingkungan di sekitarnya.
Pendidikan tiada
lain adalah wahana pembelajaran segala bentuk kemampuan bagi sang pembelajar
agar menjadi manusia dewasa. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan
yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni
nilai-nilai.
Dalam konteks kebudayaan
justru pendidikan memiliki peranan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya,
pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan
kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mempermudah
masuknya informasi-informasi yang bedampak pada kebudayaan, memperkaya atau pun
menumbuhkan budaya baru yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Individu adalah
kreator dan sekaligus manipulator kebudayaannya, yang berarti bahwa antara kepribadian
dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan. Di dalam
perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan
dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut
sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan.
B. Rekomendasi
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terkecil yang berpengaruh sangat
besar terhadap pembentukan kepribadian seseorang, kebiasaan dan pengalaman
sejak kecil menjadi karakter yang membedakannya dengan pribadi yang lain, tidak
mungkin identik sama walau dalam satu keluarga
Pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial masyarakat untuk mengembangkan
suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang relevan dengan tuntutan
perubahan zaman. Abad globalisasi telah menyajikan nilai-nilai baru, pengertian
– pengertian baru serta perubahan – perubahan di seluruh ruang lingkup
kehidupan manusia yang waktu kedatangannya tidak bisa diduga-duga. Sehingga
dunia pendidikan perlu untuk membekali diri dengan perangkat pembelajaran yang
dapat melahirkan manusia zaman sesuai dengan atmosfir tuntutan global.
Pendidikan Agama memiliki peranan yang sangat penting yang harus ditanamkan
sejak dini, keteguhan untuk selalu dijalan Allah SWT menjadi benteng terhadap
serangan budaya yang tidak sesuai dengan aqidah.
Menerima ataupun menolak suatu kebudayaan merupakan pilihan setiap
individu, Reward and Punishment dalam norma-norma sosial yang berlaku di
masyarakat dapat memberikan batasan atau filter terhadap kebudayaan
tersebut. Implementasi dari Peraturan Perundang-undangan tentang Teknologi
Informasi, misalnya: pembatasan/pemblokiran terhadap kontent-kontent yang dapat
membawa pengaruh negative bagi masyarakat,